Webinar Merdeka Belajar oleh Bapak Bukik Setiawan, M.Psi

*Kunci Merdeka Belajar: Memberikan Pilihan dan Pelibatan*


Masih dengan semangat membedah Kurikulum Merdeka Belajar, Senin (14/3/2022) Webinar Internal Sekolah Umum YPS kembali digelar dengan tajuk Merdeka Belajar, dibawakan langsung oleh  Ketua Yayasan Guru Belajar, Budi Setiawan, M.Psi, yang kerap disapa Pak Bukik. Sebelumnya Pak Bukik pernah mengisi webinar Merdeka Belajar secara daring di YPS pada bulan Agustus 2021, dan pernah berkunjung ke Sorowako di tahun 2015 dalam acara Bedah Buku berjudul Anak Bukan Kertas Kosong bersama Komunitas Guru Belajar Sorowako.


“Dalam Merdeka Belajar, bukan penguasaan materi yang esensial, tapi kualitas pembelajaran,” tekannya di awal pertemuan saat ia membeberkan fakta akibat dari proses belajar mengajar yang tidak efektif dan banyaknya energi guru yang hilang karena banyaknya beban administrasi. “Merdeka Belajar memberikan arah pemberdayaan guru dan satuan pendidikan untuk bisa mengelola kapasitasnya untuk menyediakan pembelajaran yang berkualitas,” paparnya menjawab pertanyaan latar belakang munculnya Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka ini sepenuhnya disusun oleh para guru dalam hal isi dan rumusannya, baru kemudian diuji konsistensi logikanya oleh akademisi dosen.


Konsep Merdeka Belajar mengarah kepada pengertian otonom, independen, mengatur sendiri urusan dan tanggung jawabnya. Merdeka Belajar adalah bagaimana kemampuan mengatur sendiri urusan yang berkaitan dengan belajar. Ia harus mempunyai komitmen, mandiri, dan selalu melakukan refleksi.


Di awal paparan, Pak Bukik mengajukan beberapa pertanyaan pemantik dalam memahami Merdeka Belajar. Peserta ditantang untuk berefleksi dan menelaah “Bagaimana tujuan pendidikan?”, “Bagaimana cara kita memperlakukan murid-murid?”, “Apakah murid-murid punya rasa memiliki terhadap proses belajar?”, “Apakah lulus UN dengan nilai setinggi-tingginya apakah kepentingan anak atau sekolah?


Kurikulum Merdeka  mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka. Merdeka bagi Peserta didik memiliki arti antara lain, tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Merdeka bagi Guru yaitu guru mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.


Idealnya, Kurikulum Merdeka menciptakan suasana belajar yang bahagia, baik bagi murid maupun para guru. Kurikulum Merdeka telah diterapkan secara terbatas pada sekolah-sekolah penggerak yang tersebar di seluruh Indonesia, namun  sekolah-sekolah lain bisa melaksanakan kurikulum baru ini secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing. Namun bagi sekolah yang belum bisa menerapkan Kurikulum Merdeka, masih ada pilihan untuk menggunakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat. 


Di internal YPS, webinar Kurikulum Merdeka sudah dilaksanakan dua kali dalam bulan Maret ini, diikuti oleh seluruh guru dan pegawai dari unit TK, SD, SMP, hingga SMA. Banyak hal menarik yang disampaikan oleh Pak Bukik pada seminar kali ini yang terkait dengan Merdeka Belajar, diantaranya: 

✅Pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila.

✅Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. 

✅Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

✅Guru menggunakan platform belajar yang disiapkan oleh kementerian atau bebas berinovasi dan berkreasi sendiri.

✅Tidak ada lagi KKM, penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan akan tetapi lebih diutamakan pada penguasaan kompetensi.

✅Sekolah penggerak bukanlah sekolah elit yang lengkap sarana dan prasarananya, akan tetapi sekolah-sekolah yang mempunyai kemauan keras dalam menciptakan inovasi-inovasi pendidikan.


Pak Bukik menekankan bahwa kunci Merdeka Belajar ada 2, yaitu Pilihan dan Pelibatan. Melibatkan murid dalam menentukan tujuan pembelajaran, memberikan pilihan apa yang ingin dipelajari. Pelibatan menyenangkan bagi anak karena anak merasa dianggap sebagai manusia yang setara yang punya aspirasi. Merasa dilibatkan membuat anak merasa dimanusiakan dan menumbuhkan rasa berdaya. Rasa memiliki, kemampuan untuk menentukan pilihan sederhana juga akan meningkatkan kepercayaan diri anak, self efficacy, lebih berani berinisiatif, dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.  Melibatkan murid dan memberikan pilihan pada murid, adalah hal yang dapat langsung kita terapkan di kelas kita sekarang juga.

 

Ia menambahkan seperti halnya siswa, guru dan kepala sekolah juga menyukai pilihan, maka pemerintah memberikan opsi penerapan (1) Kurikulum 2013, (2) Kurikulum Darurat, dan (3) Kurikulum Merdeka, yang penerapannya bisa dilakukan dalam 3 tipe, yaitu mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi. Contoh perangkat ajar dapat didownload melalui platform Merdeka Belajar.

 

Dalam Merdeka Belajar, guru dan sekolah fokus pada kompetensi yang esensial dalam capaian pembelajaran. Hal ini dikarenakan saat kompetensi esensial sudah tercapai, anak akan punya kapasitas untuk mempelajari pengetahuan yang lain. Guru menjabarkan capaian pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran dengan memasukkan aspek kebutuhan anak dan konteks lokal. Ini adalah ruang gerak guru, untuk _teaching at the right level._ Meski proses beragam, tujuannya sama, menghasilkan lulusan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang sekarang tengah digodok oleh tim di Kemdikbud. Bagi sekolah yang mendaftar untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, akan ada survey per 3 bulan, untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan tambahannya apa saja,.

 

“Kunci sukses penerapan Merdeka Belajar terletak di Ketua Yayasan, Kepala Sekolah dan Guru. Yayasan dan Kepala Sekolah perlu memahami kebutuhan guru-gurunya, memahami apa yang masih kurang dan apa yang perlu dikembangkan, dan selanjutnya melakukan perencanaan berbasis data. Data-data hasil Asesmen Nasional menjadi justifikasi perencanaan program berbasis data, agar semua energi dan biaya yang dikeluarkan berdampak sebesar-besarnya pada peningkatan pembelajaran. Dan ujung tombaknya adalah guru yang mau terus bergerak, mau belajar, dan mau berubah,” pungkas Pak Bukik yang memiliki keyakinan penuh akan kapasitas para guru di Yayasan Pendidikan Sorowako. Belajar adalah cara kita untuk menyelesaikan masalah dengan mengetahui cara yang paling tepat dan _enjoy_ dalam melaksanakan tugas kita.