PEMBELAJARAN YANG MEMBELAJARKAN
Masa pandemi mendorong semua pihak termasuk guru untuk melakukan lompatan dan meningkatkan kreatifitas untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Sebagai guru yang mendapat tugas mengajar di kelas 4 memiliki tantangan tersendiri. Mengajarkan konsep-konsep dasar dengan benar dan menarik membutuhkan upaya dan kreatifitas yang luar biasa untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran berbasis daring agar anak didik mendapatkan pemahaman yang utuh dan terstruktur.
Pembelajaran yang membelajarkan merupakan salah satu jawaban bagi dunia pendidikan dalam menghadapi situasi pandemi dengan kegiatan daring sekolah. Perubahan paradigma “membelajarkan siswa” bukan lagi “mengajar siswa” dapat mencairkan kebekuan dan kebuntuan proses eksplorasi pengetahuan pada pelaksanaan pembelajaran berbasis daring. Teknik pendekatan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, akan mampu mengkondisikan siswa memabangun “makna belajar” yang sesungguhnya. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator menjadikan siswa mampu berpetualang secara virtual untuk menemukan sendiri pengetahuan “baru”.
Membelajarkan itu membangun makna. Tentunya ini tidak mudah dilakukan bagi guru pemula seperti saya, namun harus tetap semangat mengupayakannya. Membangun makna belajar tentunya tidak cukup jika hanya memberikan materi dalam kelas daring saja, butuh usaha lain dari guru agar anak dapat belajar lebih mandiri. Sebagai guru baru di kelas 4 saya mencoba dengan segala cara, entah ini efektif atau tidak, ini masih dalam uji coba dan penelitian. Namun yang paling penting adalah niat yang tulus untuk memberikan yang terbaik untuk anak didik.
Masa pandemi ini memaksa guru termasuk saya harus belajar 10 x lipat. Mengembangkan kreatifitas tanpa batas untuk memenuhi tuntutan kebiasaan baru. Masa pandemi memberi muatan “value” bagi kita yang memaknainya secara positif.
Beberapa pengalaman yang saya lakukan di kelas 4 dalam kegiatan pembelajaran yang membelajarkan dalam konteks mengubah perilaku dari “mengajar” ke “membelajarkan”
Pertama, di awal kegiatan sekolah sebelum kegiatan pembelajaran mulai efektif, saya melakukan pemetaan karakteristik siswa dan orangtua. Menjalin komunikasi yang terbuka dan transparan melalui pertemuan daring dan media sosial grup WA paguyuban menjadi salah satu hal penting untuk membangun kepercayaan orangtua kepada guru. Mendiskusikan rencana-rencana kelas, mendengarkan masukan-masukan dari orangtua dan anak didik terkait pengalaman mengikuti pembelajaran daring kelas sebelumnya menjadikan refleksi bagi saya untuk membangun kelas yang “membelajarkan”.
Kedua, menyiapkan seluruh media pembelajaran yang dapat mengakomodir pembelajaran daring sehingga dapat meningkatkan kebermaknaan pembelajaran di masa pandemi. Menyiapkan slide, jamboard, padlet, video pembelajaran di youtube, kuis-kuis online berbasis google form, game kuis pembelajaran berbasis palikasi wordwall.net dan quiziz.com sangat membantu kelas saya menjadi kelas yang lebih aktif, bergairah, hidup dan menyenangkan.
Ketiga, memberikan feedback hasil belajar yang cepat, tepat, terukur, dan transparan dapat membantu saya menumbuhkan minat belajar siswa. Feedback tersebut dapat berupa award (sertifikat) setelah mengikuti kuis online dan berhasil mendapatkan nilai di atas KKM, masukan/koreksi tugas belajar melalui classroom, pelatihan/kursus singkat peningkatan kemampuan IT khususnya menggunakan tools Google Workspace Education.
Keempat, terbuka terhadap masukan dan kritikan dari siswa dan orangtua untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan mengirimkan “survey kegiatan pembelajaran kelas” melalui aplikasi google form, di analisis dan hasil dari analisis dijadikan pedoman dasar untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.
Demikian sedikit pengalaman sebagai guru pemula di kelas 4 yang dapat membantu saya sedikit meningkatkan kebermaknaan pembelajaran di masa pandemi. Anda bisa coba, guru Hebat!